Senin, 10 Juli 2017

STUDI KASUS BK (Bimbingan Konseling)


KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Karena rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan dan dapat menyusun makalah tentang “studi kasus yang terjadi di sekolah”. Guna memenuhi tugas mata kuliah Menejemen BK.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan maklah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karen itu, penulis mengharapkan saran dan kritik membangun yang dtunjukan demi kesempurnan makalah ini. semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi semua pihak.

                                                                                         Bangko ,  26  mei 2016

                                                                                                 Penulis












DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………...    1 
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………      2
BAB I         PENDAHULUAN ………………………………………………………….     3
  1. Latar belakang …………………………………………………………………..      3
BAB II       PEMBAHASAN…………….……………………………………………… .    4
  1. Teori Tentang Bimbingan Konseling …………………………………………. ..      4
2.      Permasalahan atau kasus             ………………………………………………….    7
BAB III      PENUTUP ……………………………………………..………………. ….. ..   9
  1. Penyelesaian  …………………………………………………………………….      9
  2. Kesimpulan  ………………………………………..…………………………….    13

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………..      14











BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Banyaknya permasalahan yang muncul di bidang pendidikan akhir-akhir ini merupakan salah satu tanda bahwa pendidikan yang terjadi di sekolah perlu ditinjau ulang. Pendidikan kita telah dinilai tidak berhasil membangun karakter bangsa. Kurikulum sekolah yang menempatkan pendidikan agama, pendidikan moral pancasila, serta peran bimbingan penyuluhan belum sepenuhnya menghasilkan anak didik yang beraklak mulia. Krisisnya rasa hormat kepada guru, banyaknya anak yang nyontek dalam ulangan atau ujian nasional adalah bukti sedikit gambaran tidak efektifnya mata pelajaran-mata pelajaran tersebut. Dalam pemberian bimbingan konseling diperlukan dasar - dasar yang dapat digunakan sebagai acuan dalam proses pemberian bimbingan. Prinsip-prinsip yang digunakan untuk mengambil langkah dengan memperhatikan masalah dari berbagai prespektif atau sudut pandang tertentu yang biasa disebut dengan teori-teori bimbingan konseling. Oleh karena itu,dalam makalah ini yang akan dibahas adalah mengenai teori-teori konseling.
Dalam pemberian bimbingan konseling diperlukan dasar - dasar yang dapat digunakan sebagai acuan dalam proses pemberian bimbingan. Prinsip-prinsip yang digunakan untuk mengambil langkah dengan memperhatikan masalah dari berbagai prespektif atau sudut pandang tertentu yang biasa disebut dengan teori-teori bimbingan konseling. Oleh karena itu,dalam makalah ini yang akan dibahas adalah mengenai teori-teori konseling.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Teori Tentang Bimbingan Konseling       
Lahirnya suatu teori mempunyai kaitan dasar pribadi, sosiologis, dan filosofis. Ciri khas yang ditampilkan oleh beragam teori sangat dipengaruhi oleh kepribadian pembuatnya, kehidupan dan lingkungan sekitarnya, serta cara pandang pengarang dalam berfilsafat. Munculnya teori-teori dalam konseling sendiri bersamaan dengan awal munculnya Bimbingan Konseling yaitu pada abad ke 20.
Berikut ini adalah teori – teori dalam Bimbingan Konseling :
1.            Teori Psikoanalisis
             Teori Psikoanalisis merupakan teori kepribadian yang paling komprehensif yang mengemukakan tentang tiga pokok pembahasan yaitu struktur kepribadian, dinamika kepribadian, dan perkembangan kepribadian.(Alwisol,2004,p.15). Psikoanalisis sering juga disebut dengan Psikologi Dalam, karena pendekatan ini berpendapat bahwa segala tingkah laku manusia bersumber pada dorongan yang terletak jauh di dalam ketidaksadaran.
2.          Teori Analisis Transaksional
Teori Analisis Tansaksional (transactional analysis)  merupakan teori yang dapat digunakan pada seting individual maupun kelompok.Teori ini melibatkan kontrak yang dikembangkan oleh konseli yang dengan jelas menyebuttkan tujuan dan arah dari proses terapi. Selain itu juga memfokuskan pada pengambilan keputusan di awal yang dilakukan oleh konseli untuk menekankan pada kapasitas konseli untuk membuat keputusan baru. Analisis transaksional menekankan pada aspek kognitif, rasional dan tingkah laku dari kepribadian.
Dengan demikian, analisis transaksional adalah metode yang digunakan untuk mempelajari interaksi antar individu dan pengaruh yang bersifat timbale balik yang merupakan gambaran kepribadian seseorang.
3.            Teori Behavioral
Behaviorisme adalah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John B. Watson pada tahun 1913 dan digerakkan oleh Burrhus Frederic Skinner. Sama halnya dengan psikoanalisa, behaviorisme juga merupakan aliran yang revosilusioner, kuat dan berpengaruh, serta memiliki akar sejarah yang cukup dalam. Sejumlah filsuf dan ilmuwan sebelum Watson dalam satu dan lain bentuk telah mengajukan gagasan – gagasan  megenai penekatan objektif dalam mempelajari manusia berdasarkan pandangan yang mekanistik dan materialistis, suatu pendekatan yang menjadi cirri utama dari behaviorisme.
Behaviorisme memandang bahwa ketika dilahirkan, manusia pada dasrnya tidak memiliki bakat apa- apa. Manusia akan berkembang berdasarkan stimulus yang diterimanya dari lingkungan sekitarnya.
4.            Teori Rational-Emotive Behavior Therapy
Teori Rational-Emotive Behaviot Therapy (REBT) adalah teori behavior kognitif yang menekankan pada keterkaitan anatara perasaan, tingkah laku dan pikiran. Teori Rational-Emotive Behaviot Therapy (REBT) dikembangkan oleh Albert Ellis melalui beberapa tahapan. Pandangan dasar teori ini tentang manusia adalah bahwa individu memiliki tendensi untuk berpikir irasional yang salah satunya didapat melalui belajar social. Disamping itu, individu juga memiliki kapasitas untuk belajar kembali untuk berpikir rasional. Pendekatan ini bertujuan untuk mengajak individu untuk mengubah pikiran – pikiran irasionalnya ke pikiran yang rasional melalui teori GABCDE.
5.             Teori Realitas
Teori realitas dikembangkan oleh William Glasser, seorang psikolog dari California. Ciri yang sangat khas dari teori ini adalah tidak terpaku pada kejadian – kejadian masa lalu, tetapi mendorong konseli untuk menghadapi realitas. Teori ini juga tidak member perhatian pada motif – motif bawah sadar sebagaimana pandangan kaum psikoanalisis. Akan tetai, lebbih menekankan pada pengubahan tingkah laku yang lebih bertanggung jawab dengan merencanakan dan melakukan tindakan – tindakan tersebut.
6.             Teori Eksistensial-Humanistik
Teori Eksistensial-Humanistik pada hakikatnya mempercayai  bahwa individu memiliki potensi untuk secara aktif memilih dan membuat keputusan bagi dirinya sendiri dan lingkungannya. Teori ini sangat menekankan tentang kebebasan yang bertanggung jawab. Jadi, individu diberikan kebebasan seluas – luasnya dalam melakukan tindakan, tetapi harus berani bertanggung jawab sekalipun menanggung resioko bagi dirinya.
7.           Teori Terapi Berpusat pada Klien (Client-Centered)
Client-Centered Therapy sering juga sering disebut psikoterapi non directive yaitu suatu meode perwatan psikis yang dilakukan dengan cara berdialog antara konselor dengan klien, agar tercapai gambaran yang serasi antara ideal self (diri klien yang ideal) dengan acual self (diri klien sesuai kenyataan yang sebenarnya.
8.            Teori Gestalt
Teori gestalt adalah terapi eksistensial yang berlandaskan premis, bahwa individu harus menemukan caranya sendiri dalam hidup dan menerima tanggung jawab pribadi jika individu ingin mencapai kedewasaan. Teori ini disebut juga experiental, di mana konseli merasakan apa yang mereka rasakan, pikirkan dan lakukan pada saat konseli berinteraksi dengan orang lain.
9.              Teori Elektik
Teori elektik juga dikenal sebagai konseling integratif. Hal ini tentu saja disebabkan karena orientasi teori elektik adalah penggabungan teori – teori konseling dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan pada masing – masing teori – teori tersebut.
B.      Permasalahan atau kasus
Melanggar tata tertib
Kasus yang sering terjadi di Sekolah Menengah Atas Kemungkinan sebabnya adalah tidak begitu memahami kegunaan masing-masing aturan atau tata tertib yang berlaku di sekolah tersebut, aturan tersebut tidak didiskusikan dengan siswa sehingga siswa hanya terpaksa mengikutinya, siswa yang bersangkutan terbiasa hidup terlalu bebas, baik di rumah maupun di masyarakat, tindakan yang dilakukan terhadap pelanggaran terlalu keras sehingga siswa mereaksi secara tidak wajar (negatif), khusus perkembangan remaja yang agak “sukar diatur” tetapi “belum dapat mengatur diri sendiri”, dan ketidaksukaan pada mata pelajaran tertentu dilampiaskan pada pelanggaran terhadap tata tertib sekolah. Akibat yang akan terjadi adalah tingkah laku siswa makin tidak terkendali, terjadi kerenggangan hubungan antara guru dan murid, suasana sekolah dirasakan kurang menyenangkan bagi siswa, proses belajar-mengajar terganggu, kegiatan belajar siswa terganggu, nilai rendah, tidak naik kelas, dan terlambat masuk sekolah. Perilaku menyimpang pada dasarnya merupakan kegagalan sistem pengontrol diri anak terhadap dorongan-dorongan instingtifnya, mereka tidak mampu mengendalikan dorongan-dorongan instingtignya dan menyalurkan kedalam perbuatan yang bermanfaat. Akibat adanya perubahan fisik dan kelenjar, emosi sangat kuat dan susah terkendali dan kadang-kadang tidak irasional. Contohnya mudah marah, mudah dirangsang, emosinya seiring tidak terkontrol. Contoh di suatu Sekolah terdapat seorang siswi yang hamil, jika merujuk pada pendekatan disiplin maka siswi tersebut akan dikeluarkan dari sekolah, namun dengan Bimbingan dan Konseling , diharapkan siswi tersebut dapat tumbuh pemikiran yang positif terhadap maslaah yang menimpanya. Misalnya secara sadar menerima resiko yang terjadi, dan keinginan untuk tidak menggurkan kandungannya karena dapat membunuh janin yang tidak berdosa dan membahayakan dirinya senidri. Meskipun keputusan sekolah siswa tersebut harus keluar dari sekolah.



















BAB III
PENUTUP
Penyelesaian
A.    Konseling Individual
           Konseling individual adalah proses belajar melalui hubungan khusus secara pribadi dalam wawancara antara guru BK dan siswa. Siswa yang mengalami masalah pribadi yang sulit atau tidak bisa diselesaikan sendiri, kemudian meminta bantuan kepada guru BK sebagai petugas yang profesional dalam jabatannya dengan pengetahuan dan keterampilan psikologi. Dalam konseling diharapkan siswa dapat mengubah sikap, keputusan diri sendiri sehingga ia dapat lebih baik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan memberikan kesejahteraan pada diri sendiri dan masyarakat di sekitarnya. Menurut Nurihsan (2007, hlm. 11) teknik yang digunakan dalam konseling individual yaitu: Menghampiri siswa, empatirefleksi, eksplorasi, menangkap pesan utama, bertanya untuk membuka percakapan, bertanya tertutup, dorongan minimal, interpretasi, mengarahkan, menyimpulkan sementara, memimpin, memfokus, konfrontasi, menjernihkan, memudahkan, diam, mengambil inisiatif, memberi nasihat, memberi informasi, merencanakan, dan menyimpulkan. Secara umum Nurihsan (2007) membagi proses konseling individual ke dalam tiga tahapan yaitu:
1)         Tahap awal konseling
Adapun yang dilakukan guru BK dalam proses konseling tahap awal adalah sebagai berikut:
(a)    Membangun hubungan konseling dengan melibatkan siswa yang mengalami masalah
(b)   Memperjelas dan mendefinisikan masalah
(c)    Membuat penjajakan alternatif bantuan untuk mengatasi masalah
(d)   Menegosiasikan kontrak
2)         Tahap Pertengehan Konseling (Tahap Kerja)
Tujuan pada tahap pertengahan ini adalah sebagai berikut:
(a)    Menjelajahi dan mengeksplorasi masalah serta kepedulian siswa dan lingkungannya dalam mengatasi masalah tersebut.
(b)   Menjaga agar hubungan konseling selalu terpelihara.
(c)    Proses konseling agar berjalan sesuai kontra
3)         Tahap Akhir Konseling
Menurut Cavanagh (dalam Nurihsan, 2007, hlm. 15) menyebut tahap ini dengan istilah termination. Pada tahap ini, konseling ditandai oleh beberapa hal berikut:
(a)  Menurunnya kecemasan siswa. Hal ini diketahui setelah guru BK menanyakan keadaan kecemasannya.
(b)   Adanya perubahan perilaku yang jelas ke arah yang lebih positif, sehat, dan dinamik.
(c)    Adanya tujuan hidup yang jelas di masa yang akan datang dengan program yang jelas pula.
(d) Terjadinya perubahan sikap positif terhadap masalah yang dialaminya, dapat mengoreksi diri dan meniadakan sikap yang suka menyalahkan dunia luar, seperti orang tua, teman, dan keadaan yang tidak menguntungkan.
Tujuan tahap akhir ini adalah memutuskan perubahan sikap dan perilaku yang tidak bermasalah. Adapun tujuan lainnya dari tahap ini adalah:
(a)   Terjadinya transfer of learning pada diri siswa.
(b)   Melaksanakan perubahan perilaku siswa agar mampu mengatasi masalahnya.
(c)    Mengakhiri hubungan konseling.


B.     Konsultasi
Konsultasi merupakan salah satu strategi bimbingan yang penting sebab banyak masalah karena sesuatu hal akan lebih berhasil jika ditangani secara tidak langsung oleh guru BK. Konsultasi dalam pengertian umum dipandang sebagai nasihat dari seseorang yang profesional. Pengertian konsultasi dalam program bimbingan dipandang sebagai suatu proses menyediakan bantuan teknis untuk guru, orang tua, administrator, dan guru BK lainnya dalam mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang membatasi efektivitas siswa atau sekolah. Menurut Nurihsan (2007) ada delapan tujuan konsultasi, yaitu:
1)   Mengembangkan dan menyempurnakan lingkungan belajar bagi siswa, orang tua, dan administrator sekolah.
2)  Menyempurnakan komunikasi dengan mengembangkan informasi diantara orang yang penting.
3)  Mengajak bersama pribadi yang memiliki peranan dan fungsi yang bermacam-macam untuk menyempurnakan lingkungan belajar.
4)      Memperluas layanan dari para ahli.
5)      Memperluas layanan pendidikan dari guru dan administrator.
6)      Membantu orang lain bagaimana belajar tentang perilaku.
7)    Menciptakan suatu lingkungan yang berisi semua komponen lingukngan belajar yang baik.
8)      Menggerakkan organisasi yang mandiri.

Langkah proses konsultasi menurut Nurihsan (2007) yaitu:
1)      Menumbuhkan hubungan berdasarkan  komunikasi dan perhatian pada siswa.
2)      Menentukan diagnosis atau sebuah hipotesis kerja sebagai rencana kegiatan.
3)      Mengembangkan motivasi untuk melaksanakan kegiatan.
4)      Melakukan pemecahan masalah.
5)      Melakukan alternatif lain apabila masalah belum terpecahkan.

Pendekatan merujuk pada tata tertib dan aturan sekolah, penegakan sanksi terhadap penyimpangan perilaku yang terjadi pada siswa perlu dilakukan untuk mencegah penyimpangan-penyimpanagan yang akan terus terjadi. Namun perlu diingat bahwa sekolah bukanlah lembaga hukum.
Pendekatan Bimbingan dan Konseling, berbeda dengan pendekatan sanksi yang diberikan kepada siswa sebagai akibat untuk efek jera, dalam bimbingan dan konesling justru lebih mengutamakan pemberian bantuan, upaya, penyembuhan terhadap maslah-masalah yang sedang dihadapi siswa. Pendekatan Bimbingan Konseling tidak sedikitpun melakukan sanksi apapun tetapi lebih menekankan kepada kualitas hubungan antara konselor dan konseli (siswa). Sehingga sedikit demi sedikit siswa bisa menerima, lebih terbuka dan tecapainya peneysuaian diri antara dirinya dan konselor.








KESIMPULAN

Berkembangnya teori – teori Bimbingan konseling serta Psikologi mendorong pengembangan teori – teori pendekatan klasik, sehingga muncullah berbagai teori konseling. Munculnya teori – teori dalam konseling dapat berupa pengembangan dari teori yang telah ada, kritik terhadap teori maupun pengembangan teori.
Berlangsungnya proses belajar mengajar di dalam kelas dengan suasana yang harmonis dimana guru dapat menyampaikan bahan pelajaran dengan baik dan murid dapat belajar atau mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru dengan baik pula tergantung sekali kepada disiplin kelas. Kelas yang tidak berdisiplin sudah tentu kegiatan belajar mengajarnya pun akan menjadi kacau dan tidak menentu pula. Guru sering tidak masuk mengajar, murid-murid sering datang terlambat. Tugas-tugas seperti piket kelas tidak dilaksanakan sehingga kelas menjadi kotor dan sebagainya. Dalam rangka untuk menciptakan suasana kelas yang efektif bagi berlangsungnya proses belajar mengajar, maka disiplin kelas perlu ditegakkan baik oleh guru maupun murid-murid.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam pembinaan disiplin kelas adalah:
§  Mengadakan perencanaan bersama antara guru dengan siswa.
§  Mengembangkan kepemimpinan dan tanggung jawab pada siswa.kewajibannya.
§  Membiasakan siswa untuk berpartisifasi sesuai dengan kemampuannya
§  Memberikan dorongan kepada siswa untuk mengembangkan pengettahuan dan keterampilan.




DAFTAR PUSTAKA





1 komentar:

LATIHAN POWER POINT